Guys, pernah denger soal Orde Baru? Itu lho, era di Indonesia yang dipimpin sama Soeharto selama kurang lebih 32 tahun. Nah, di masa itu, kancah perpolitikan kita tuh agak beda, gak sekaya sekarang yang partai politiknya bejibun. Waktu Orde Baru berkuasa, pemerintah ngadain yang namanya penyederhanaan partai politik. Tujuannya sih katanya biar stabil, tapi ujung-ujungnya jadi kayak dikuasain gitu deh. Jadi, cuma ada tiga partai politik pada masa Orde Baru yang diizinin eksis. Penasaran kan siapa aja mereka dan gimana ceritanya?

    Golongan Karya (Golkar)

    Nah, kalau ngomongin tiga partai politik pada masa Orde Baru, yang paling nggak bisa dilewatin ya Golongan Karya atau Golkar. Ini nih partai yang bisa dibilang jadi 'anak emas' di era Orde Baru. Sejak awal berdiri, Golkar ini udah kayak punya privilege sendiri. Dulu tuh awalnya Golkar bukan partai beneran, tapi semacam fusi atau gabungan dari banyak organisasi fungsional. Ada KORPRI (Korps Pegawai Republik Indonesia), sekumpulan para PNS gitu deh, terus ada juga dari kalangan nelayan, petani, guru, pokoknya banyak banget! Barengan gitu mereka ngumpul di bawah panji Golkar.

    Kenapa Golkar bisa begitu kuat? Gampang banget, guys. Di masa Orde Baru, PNS, ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, cikal bakal TNI dan Polri), dan orang-orang yang punya jabatan di pemerintahan dipaksa atau setidaknya didorong kuat buat masuk Golkar. Jadi, bayangin aja, hampir semua orang yang punya pengaruh atau kekuasaan di pemerintahan itu ada di dalam Golkar. Alhasil, setiap pemilihan umum (pemilu) di era Orde Baru, Golkar selalu menang telak. Jangankan menang, kayaknya sih mustahil banget ada partai lain yang bisa ngalahin mereka. Kemenangan Golkar ini bukan cuma soal suara rakyat aja, tapi juga karena adanya dukungan masif dari aparat negara. Pokoknya, Golkar itu ibarat mesin politik yang tak terbendung di zaman itu. Keren banget kan kekuatannya? Mereka punya jaringan sampai ke pelosok desa, dari Sabang sampai Merauke. Semua program pemerintah, semua kebijakan, ujung-ujungnya tuh disalurkan lewat Golkar. Jadi, kalau mau ngomongin kekuatan politik di Orde Baru, Golkar itu juaranya, titik! Makanya, banyak banget orang yang penasaran sama peranannya dalam sejarah politik Indonesia. Gimana nggak, partai ini tuh hampir identik sama Orde Baru itu sendiri. Pokoknya, kalau kamu lagi belajar sejarah Orde Baru, pasti deh ketemu sama nama Golkar di setiap lembaran buku. Ini bukan cuma soal partai, tapi lebih ke simbol kekuasaan dan stabilitas (yang dipaksain) di era itu. Golkar adalah pionir dan penguasa mutlak dalam lanskap politik Orde Baru.

    Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

    Selain Golkar, partai politik pada masa Orde Baru yang perlu kamu tahu adalah Partai Demokrasi Indonesia atau PDI. Nah, PDI ini agak beda ceritanya sama Golkar. Kalau Golkar itu kayak gabungan dari banyak organisasi fungsional, PDI ini aslinya adalah gabungan dari beberapa partai politik yang udah ada sebelumnya. Jadi, pemerintah Orde Baru itu 'ngumpulin' beberapa partai nasionalis dan non-Islam buat digabungin jadi satu. Tujuannya apa? Ya itu tadi, biar jumlah partai politik sedikit dan gampang dikontrol.

    PDI ini secara ideologi ngusung nasionalisme dan Pancasila. Tapi, meskipun namanya 'Demokrasi Indonesia', dalam praktiknya, kebebasan demokrasi di era Orde Baru itu terbatas banget, guys. PDI sering banget jadi 'oposisi' yang tidak terlalu kuat buat Golkar. Mereka tuh kayak dikasih ruang dikit buat bersuara, tapi nggak boleh terlalu kenceng. Pernah ada kejadian penting banget yang bikin PDI jadi sorotan, namanya Peristiwa 5 Juli 1996. Itu tuh kayak ada keributan besar di kantor DPP PDI waktu itu, yang katanya sih dipicu sama campur tangan pemerintah buat ngamanin PDI dari kubu yang nggak disukai. Akhirnya, PDI sempat pecah jadi dua kubu, ada yang pro pemerintah banget dan ada yang coba-coba agak kritis. Pokoknya, nasib PDI di masa Orde Baru itu naik turun banget. Kadang mereka bisa lumayan dapat suara, tapi sering juga kayak 'ditahan' biar nggak terlalu populer. Meskipun gitu, PDI ini tetap punya basis massa yang lumayan banyak, terutama di daerah-daerah yang punya tradisi nasionalis kuat. PDI jadi representasi partai yang punya sejarah panjang dan mencoba bertahan di tengah dominasi Golkar. Jadi, meskipun nggak sekuat Golkar, PDI ini punya peran penting sebagai salah satu dari tiga partai politik pada masa Orde Baru. Mereka itu kayak semacam 'penyeimbang' yang nggak seimbang, tapi tetep ada dan penting buat diceritain.

    Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

    Terakhir, tapi nggak kalah penting, dari tiga partai politik pada masa Orde Baru adalah Partai Persatuan Pembangunan atau PPP. Kalau PDI itu gabungan partai nasionalis, nah PPP ini adalah gabungan dari partai-partai Islam yang ada sebelumnya. Jadi, ada partai Masyumi, NU (Nahdlatul Ulama), PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia), dan partai Islam lainnya yang 'disatukan' sama pemerintah Orde Baru jadi PPP. Tujuannya ya sama, biar sedikit partai dan mudah diatur.

    PPP ini ideologinya jelas, yaitu Islam dan Pancasila. Mereka ini jadi suara buat umat Islam di Indonesia. Meskipun begitu, di era Orde Baru, PPP juga punya tantangan tersendiri. Soalnya, partai ini tuh kayak harus 'menjinakkan' diri biar nggak terlalu vokal soal syariat Islam atau tuntutan yang terlalu berbau agama yang bisa bikin pemerintah Orde Baru khawatir. Jadi, PPP ini sering diibaratkan kayak 'kucing' yang harus nurut aja sama 'majikan'-nya. Tapi, jangan salah, PPP ini punya basis massa yang luar biasa besar, guys. Mayoritas penduduk Indonesia kan beragama Islam, jadi potensi suara PPP itu gede banget. Cuma ya itu, karena sistem politik Orde Baru yang begitu ketat, PPP nggak bisa maksimal mengeluarkan potensinya. Sering juga PPP dapat 'jatah' kursi di parlemen yang udah diatur, biar nggak mengancam dominasi Golkar. PPP adalah representasi partai berbasis massa Islam yang hadir sebagai salah satu dari tiga pilar politik Orde Baru. Mereka punya sejarah perjuangan panjang dan terus berusaha memberikan kontribusi meskipun dalam keterbatasan. Jadi, PPP ini bukan sekadar partai biasa, tapi simbol perjuangan umat Islam yang tetap eksis di tengah sistem politik yang represif. Mereka ini jadi bukti kalau keragaman aspirasi tetep ada, meskipun harus disalurkan lewat 'pintu' yang sempit. Makanya, kalo kita ngomongin tiga partai politik pada masa Orde Baru, PPP ini punya cerita uniknya sendiri yang nggak bisa dilupain.

    Penutup

    Gimana, guys? Udah kebayang kan gimana potret politik Indonesia di masa Orde Baru? Jadi, tiga partai politik pada masa Orde Baru itu adalah Golkar, PDI, dan PPP. Masing-masing punya peran dan ceritanya sendiri, tapi semuanya berjalan di bawah 'pengawasan' ketat pemerintah Orde Baru. Golkar jadi pemenang mutlak, PDI jadi semacam 'oposisi' yang terbatas, dan PPP jadi suara umat Islam yang harus berkompromi. Meskipun sistemnya nggak sepenuhnya demokratis, tiga partai ini tetap menjadi bagian penting dari sejarah perpolitikan Indonesia. Semoga penjelasan ini nambah wawasan kalian ya! Jangan lupa, belajar sejarah itu penting biar kita bisa ngerti masa lalu dan jadi lebih bijak di masa depan. See you!